Rumah adat papua |
Nama asli pulau Papua masih tetap misterius hingga kini dan itulah sebabnya mengapa orang asing silih berganti memberi nama seenaknya saja. Sudah lebih dari selusin nama untuk pulau ini, khususnya Papua bagian Barat.
Pada sekitar tahun 200 M, ahli Geography bernama Ptolamy menyebutkan dengan nama Labadios, belum diketahui maksud dari nama tersebut.
Pada akhir tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama Tungki, dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama Janggi.
Nama Tungki dan Janggi telah mengundang berbagai pendapat, kemungkinan nama Tungki yang sudah berubah dalam sebutannya menjadi Janggi atau sebaliknya. Pada akhir tahun 1300, Majapahit menggunakan dua nama, yakni Wanin dan Sram. Nama Wanin, tentu tidak lain dari semenanjung Onin di daerah Fak-Fak dan Sram ialah pulau Seram di Maluku. Ada kemungkinan, budak yang dibawa dan dipersembahkan kepada Majapahit berasal dari Onin dan yang membawanya ke sana adalah orang Seram dari Maluku, sehingga dua nama ini disebut.
Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai Papa-Ua yang sudah berubah dalam sebutan menjadi Papua. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama Nueva Guinee dan pelaut lain memberi nama Isla Del Oro yang artinya Pulau Emas.
Nama Nueva Guinee kemudian di-Belanda-kan menjadi Nieuw Guinea. Pada tahun 1956, Belanda merubah nama Nieuw Guinea menjadi Nederlands Nieuw Guinea.
Pada tahun 1961, Komite Nasional Papua yang pertama menetapkan nama Papua Barat. Pada masa Pemerintahan Sementara PBB (UNTEA), menggunakan dua nama, West New Guinea/West Irian.
Pada tahun 1973, Pemerintahan Republik Indonesia di West Papua merubah nama Irian Barat menjadi Irian Jaya.
Pada tahun 2000 nama Irian Jaya kembali menjadi Papua hingga kini.
Ini adalah beberapa Suku yang ada di Papua…
AMUNGME

Hal ini telah menimbulkan gesekan dengan pemerintah Indonesia, yang ingin mendayagunakan persediaan mineral yang luas yang terdapat di sekitarnya. Masalah terbesar yang dihadapi Amungme adalah banyaknya jumlah tambang, dimiliki oleh Amerika Serikat dan Kerajaan Bersatu, terletak di pusat wilayah Amungme. Pertambangan emas dan tembaga besar-besaran telah menghancurkan lansekap dan menuntun ke banyak protes, yang telah banyak ditekan dengan kekerasan oleh militer Indonesia.
ASMAT
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku asmat terkenal dengan ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi kedala dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai sinesty dan sungai nin serta suku Simai.
Ada banyak pertentangan di antara desa Asmat, yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai suku Asmat membunuh musuhnya. Ketika membunuh musuhnya, mayatnya dibawa kekampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggal kepalanya, Otaknya dibungkus daun sago dan dipanggang kemudian dimakan.
Sekarang biasanya di satu kampung dihuni kira-kira 100 sampai 1000 orang. Setiap kampung punya satu rumah bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri.
BIAK
BIAK

Jenis-jenis perkawinan adat yang pada umumnya terjadi dikalangan masyarakat Biak itu antara lain, perkawinan murni (Farbakbuk Bekaku), perkawinan kenalan (Farbakbukmanibow), kawin lari (Farbakbukbebur), perkawinan pergantian tungku (Farbakbuk Kinkafsr), perkawinan pergantian korban pembunuhan (Farbakbuk Bin Babyak), dan yang terakhir adalah perkawinan hadiah perempuan sebagai budak (Tarbakbuk Women).
EMPUR

KARON
Orang Karon berdomisili didaerah kepala burung Papua, yaitu diwilayah kecamatan Sausapor kabupaten Sorong. Dan tinggal didaerah pesisir pantai dan pedalaman daerah tersebut.
Mengenai Nomenculture suku bangsa ini menyebut dirinya dengan istilah Yenden. Dalam bahasa Karon, Yenden berarti “orang yang datang dari Pedalaman”, sedangkan istilah Karon berasal dari bahasa Biak yang berarti “Orang dari Pedalaman” (Sanggenafa, 1984; 30-31)1
Dalam tulisan ini nama Karon dipakai untuk menyebut suku bangsa ini karena nama tersebut sudah menjadi populer dikalangan suku-suku bangsa tetangganya dan juga sudah lasim dipakai oleh kalangan ahli antropologi.2 untuk membedakan suku bangsa ini dengan suku bangsa lain yang berdomisili di daerah kepala burung papua.
ARFAK

BAUZI

DANI
Sebutan "Dani" untuk kelompok masyarakat yang menghuni Lembah Baliem sebenarnya diberikan oleh orang Amerika dan Belanda untuk orang Moni yang bermukim di dataran tinggi pantai (Moni: orang asing). Kata Moni ini selanjutnya berubah menjadi ndani untuk mereka yang tinggal di Baliem. Penduduk lembah Baliem sendiri menyebut diri mereka "nut akuni pallimeke" (kami dari Baliem).
Pemukiman Suku Dani di Lembah Baliem. Alam liar Jayawijaya yang dingin dan berhutan lebat adalah "rumah" mereka. Usilimo merupakan kumpulan honei (hunian) kelompok komunitas yang memiliki ikatan keluarga. Aturan-aturan pengelolaan alam dan masyarakat berpusat di dalamnya.
Di suku Dani terdapat sejumlah marga antara lain Wakerwa, Waker, Kogoya, Tabuni, Wenda, dan Magai.
Pada suku Dani yang berkaitan dengan pernikahan. Biasanya , seorang pria yang ingin berkenalan dengan wanita harus membangun komunikasi dengan keluarga dekat wanita tersebut. Jika tawaran tersebut di terima, perempuan yang bersangkutan melakukan apa yang disebut warga Dani bingga lakue atau bingga lakarak. Pada tahap ini, perempuan datang kerumah laki-laki untuk memasak, lalu pergi. tugas itu berlangsung lebih dari satu bulan. Apabila pihak perempuan merasa sudah waktunya mengetahui sikap orang tua pria, dilakukan upacara koeame wagarak atau perempuan datang untuk mendengar jawaban dari orang tua pria.
Jika perempuan tersebut rajin dan cocok untuk jadi istri anak laki-lakinya, selanjutnya pihak orang tua menyampaikan persetujuan.
Tahap ketiga jalinan itu adalah koejiqui atau koejikopopiwogi. Pada tahap ini, orang tua perempuan mengantar anaknya kepada orang tua laki-laki. Biasanya, dilakukan acara potong babi dan diselenggarakan pesta adat. Sebelum diantar, orang tua perempuan merias sendiri anaknya, seperti mengenakan noken, kulit bia, dan beerbagai perlengkapan adat lainnya.
Setelah mengantar anaknya, orang tua perempuan pulang. Selanjutnya, orang tua laki-laki mendatangi orang tua perempuan untuk mendata semua jenis pengeluaran berkaitan dengan acara koejikopopiwogi, terutama biaya untuk periasan anak menantunya. Acara ini dalam bahasa setempat disebut koewupugi. Setelah semua pengeluaran direkap, baru dilakukan pembayaran oleh pihak keluarga pria kepada keluarga perempuan.
KAMORO

Sebagai bagian dari kelompok suku bangsa Mimika, orang Kamoro mendiami wilayah bagian barat dekat teluk Etna, jumlah populasi mereka sekitar 8.000 jiwa. Desa mereka antara lain Tarja, Kamora, Wania, Mukumuga.
SAWI

SUMBER
http://google.com