
Dari keunikan/keistimewaan yang dimiliki ubi madu cilembu inilah
yang membuat nilai ekonomisnya sangat tinggi, akan tetapi sangat disayangkan
bahwa sampai saat ini masyarakat dan pemerintahan desa cilembu belum dapat
membuat lisensi untuk ubi "madu" Cilembu agar memiliki hak paten
seperti komoditi unggulan lainnya. kekhawatiran yang terjadi saat ini jepang
sedang berusaha keras membudidayakan ubi cilembu ini dinegaranya, apabila tidak
saat ini sama-sama kita upayakan, kemudian hari ubi "madu"cilembu
akan diklaim milik jepang.
Kewajiban kita semua sebagai anak bangsa untuk berupaya terus
menerus agar ubi "madu"cilembu ini mendapatkan lisensi agar komoditas
ini menjadi salah satu kekayaan alam milik bangsa indonesia selamanya.

Potensi lain yakni ke Malaysia, Singapura, dan Hongkong. Namun
kendalanya yakni, seleksi yang amat ketat.
"Kalau pada ubi matang ditemukan debu, rambut, atau
ukurannya tak seragam saja, jangan harap diterima," Apalagi jika terkena jamur dan hama, baru
terlihat rusak dari luar karena gangguan tersebut saja ubi sudah ditolak. Bila
ekspor ubi diterima, harganya bisa jauh lebih tinggi daripada dijual secara
lokal.
Harga ubi mentah di dalam negeri sekitar Rp 6.000 per kilogram
(kg). Di supermarket-supermarket di Jepang harganya mencapai Rp 75.000 per kg.
Petani ubi cilembu menuturkan, kemasan ubi harus dibuat menarik.
Buat pedagang yang penting penampilan. "Sebab, sekarang ini yang terjadi
adalah dunia yang mengutamakan kemasan," ujarnya.
Solusi berbagai gangguan pada ubi
cilembu tengah diupayakan melalui penelitian yang dilakukan Universitas
Padjadjaran (Unpad). Penelitian diharapkan menghasilkan ubi dengan masa
budidaya lebih singkat, bentuk yang menarik, dan produktivitas tinggi.
"Pedagang juga perlu menjual ubi dengan jujur. Katakan
jenis ubi yang dijualnya. Jangan mengatakan cilembu jika tak menjual ubi
itu,"