Setiap 5 tahun
sekali, masyarakat Asmat membuat perahu-perahu baru.Dalam proses pembuatan
prahu hingga selesai, ada berapa hal yang perlu diperhatikan. Setelah pohon
dipilih, ditebang, dikupas kulitnya dan diruncingkan kedua ujungnya, batang itu
telah siap untuk diangkut ke pembuatan perahu. Sementara itu, tempat pegangan
untuk menahan tali penarik dan tali kendali sudah dipersiapkan. Pantangan yang
harus diperhatikan saat mengerjakan itu semua adalah tidak boleh membuat banyak
bunyi-bunyian di sekitar tempa itu. Masyarakat Asmat percaya bahwa jika batang
kayu itu diinjak sebelum ditarik ke air, maka batang itu akan bertambah berat
sehingga tidak dapat dipindahkan.
Untuk menarik
batang kayu, si pemilik perahu meminta bantuan kepada kerabatnya. Sebagian
kecil akan mengemudi kayu di belakang dan selebihnya menarik kayu itu.
Sebelumnya diadakan suatu upacara khusus yang dipimpin oleh seorang tua yang
berpengaruh dalam masyarakat. Maksudnya adalah agar perahu itu nantinya akan
berjalan seimbang dan lancar.
Perahu pun dicat
dengan warna putih di bagian dalam dan di bagian luar berwarna merah berseling
putih. Perahu juga diberi ukiran yang berbentuk keluarga yang telah meninggal
atau berbentuk burung dan binatang lainnya.Setelah dicat, perahu dihias dengan
daun sagu. Sebelum dipergunakan, semua perahu diresmikan terlebih dahulu. Para
pemilik perahu baru bersama dengan perahu masing-masing berkumpul di rumah
orang yang paling berpengaruh di kampung tempat diadakannya pesta sambil
mendengarkan nyanyi -nyanyian dan penabuhan tifa. Kemudian kembali ke rumah masing-masing
untuk mempersiapkan diri dalam perlombaan perahu. Para pendayung menghias diri
dengan cat berwarna putih dan merah disertai bulu-bulu burung. Kaum anak-anak
dan wanita bersorak-sorai memberikan semangat dan memeriahkan suasana. Namun,
ada juga yang menangis mengenang saudaranya yang telah meninggal.
Dulu, pembuatan
perahu dilaksanakan dalam rangka persiapan suatu penyerangan dan pengayauan
kepala. Bila telah selesai, perahu -perahu ini dicoba menuju tempat musuh
dengan maksud memanas -manasi mereka dan memancing suasana musuh agar siap
berperang. Sekarang, penggunaan perahu lebih terarahkan untuk pengangkutan
bahan makanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar