Banyak cara menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita
ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk
mengembalikan kembali perasaan sakit akibat kehilangan. Namun berbeda dengan
Suku Dani, mereka melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota
keluarga yang meninggal. Tidak hanya dengan menangis, tetapi memotong jari.
Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti
suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, Suku Dani diwajibkan memotong jari mereka.
Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya
seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Pemotongan jari juga dapat
diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yang telah
merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yg berduka.
Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai simbol
kerukunan, kesatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga,
walaupun dalam penamaan jari yang ada di tangan manusia hanya menyebutkan satu
perwakilan keluarga, yaitu ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbedaan
setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan
kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling
bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi
dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak
maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang,
maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.
Alasan lainnya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek
mekehasik” atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga,
satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu
sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi
masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang
ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah
sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan
papua memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.
Tradisi potong jari di Papua sendiri dilakukan dengan
berbagai banyak cara, mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak,
atau parang. Ada juga yang melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga
putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan
ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari. Selain tradisi
pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara
berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan
oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai
arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia
berawal dari tanah dan kembali ke tanah. Beberapa sumber ada yang mengatakan
Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir ditinggalkan. Jarang orang yang
melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh agama yang mulai berkembang
di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun kita masih bisa menemukan
banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena
tradisi ini.