Batak merupakan
salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma
kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan
berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara.
Suku bangsa yang
dikategorikan sebagai Batak adalah:
1.
Batak Toba
2.
Batak Karo
3.
Batak Pakpak
4.
Batak Simalungun
5.
Batak Angkola
6.
Batak Mandailing.
Mayoritas
orang Batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau
Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin
berkurang.
Sejarah
Orang Batak
adalah penutur bahasa
Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang
Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan
bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu,
yaitu di zaman batu muda (Neolitikum).
Karena hingga sekarang belum ada
artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang
ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru
bermigrasi ke Sumatra Utara di zaman logam. Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus,
di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan
oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi
sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad
ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya.
Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera.
Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang
Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur
Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam,
hingga Natal.
Kepercayaan
Sebelum suku
Batak Toba menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem
kepercayaan dan religi tentangMulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan
pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.
Menyangkut jiwa dan
roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:
§ Tondi : adalah jiwa
atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa
kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi
meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal,
maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
§ Sahala : adalah jiwa
atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi
tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau
kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
§ Begu : adalah
tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku
manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Demikianlah
religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha. Walaupun sudah
menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau
meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari
mereka.
Salam khas Batak
Tiap puak Batak memiliki salam
khasnya masing masing. Meskipun suku Batak terkenal dengan salam Horasnya,
namun masih ada dua salam lagi yang kurang populer di masyarakat yakni Mejuah
juah dan Njuah juah. Horas sendiri masih memiliki penyebutan masing masing
berdasarkan puak yang menggunakannya
1. Pakpak “Njuah-juah Mo Banta Karina!”
2. Karo “Mejuah-juah Kita Krina!”
3. Toba “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”
4. Simalungun
“Horas banta Haganupan, Salam Habonaran
Do Bona!”
5. Mandailing
dan Angkola “Horas Tondi Madingin Pir Ma
Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”
Falsafah dan Sistem kemasyarakatan
Masyarakat Batak
memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam
kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan
Dalihan Natolu menurut keenam puak Batak
1. Dalihan Na Tolu
(Toba) • Somba Marhula-hula • Manat Mardongan Tubu • Elek Marboru
2. Dalian Na Tolu
(Mandailing dan Angkola) • Hormat Marmora • Manat Markahanggi • Elek Maranak
Boru
3. Tolu Sahundulan
(Simalungun) • Martondong Ningon Hormat, Sombah • Marsanina Ningon Pakkei,
Manat • Marboru Ningon Elek, Pakkei
4. Rakut Sitelu
(Karo) • Nembah Man Kalimbubu • Mehamat Man Sembuyak • Nami-nami Man Anak Beru
5. Daliken Sitelu
(Pakpak) • Sembah Merkula-kula • Manat Merdengan Tubuh • Elek Marberru
§ Hulahula/Mora
adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling
dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak)
sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula
(Somba marhula-hula).
§ Dongan
Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga.
Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon
yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya
kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga
bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati
dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak
(berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga.
Diistilahkan, manat mardongan tubu.
§ Boru/Anak Boru
adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain).
Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik
dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun
walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan
semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan:
Elek marboru.
Namun bukan
berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na
Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak
pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru.
Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga
dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam
tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang
berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka
dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan
Tubu dan Raja ni Boru.
Tarombo
Silsilah atau
Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka
yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu).
Orang Batak diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang
menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini
diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam
suatu klan atau marga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar