Kamis, 03 November 2011

AGAMA DAN MASYARAKAT

TUGAS ILMU SOSIAL DASAR


AGAMA DAN MASYARAKAT


PENGARUH AGAMA BUDDHA TERHADAP SENDI-SENDI KEHIDUPAN MASYARAKAT SRI LANKA

Tentu Sri Lanka adalah negara yang tidak asing di telinga kita, orang Indonesia. Nama Sri Lanka sendiri digunakan sejak tahun 1972. Sebelumnya negara ini lebih terkenal dengan sebutan Ceylon.         Di dalam buku-buku kuno, negara ini dikenal sebagai Tambapani, Sīhaadīpa, Svarnadīpa yang hingga saat ini masih menjadi kontroversi di antara para sarjana Buddhist, juga dianggap sebagai sebutan untuk Sri Lanka. Secara official, negara ini disebut Sri Lankā Prajathanthrika Samajavadi Janarajaya. Sri Lanka terletak di sebuah pulau kecil yang luasnya 65,610 km2 atau kurang lebih dua kali Provinsi Jawa Tengah. Sensus tahun 1999 menunjukkan bahwa negeri ini dihuni oleh 18.552.000 jiwa.
Program keluarga berencana yang telah dilaksanakan secara traditional sejak  ribuan tahun yang lalu membuat Sri  Lanka memiliki rata-rata pertumbuhan penduduk cukup rendah—1.3% per tahun.   Di mata dunia, Sri Lanka terkenal sebagai negara yang paling ortodoks  dalam mempertahankan tradisi agama Buddha. Oleh karenanya, sejak  awal   hingga  sekarang , agama  Buddha mazhab Thera  vada  tetap mendominasi negara ini dan tetap mempertahankan Bahasa Pāli sebagai bahasa agama Buddha.

Sejarah Singkat Agama Buddha
Secara tradisi, masyarakat Sri Lanka percaya bahwa agama Buddha telah ada di Sri Lanka sejak zaman Sang Buddha bahkan seawal 2 bulan sejak Sang Buddha mencapai pencerahan. Tapussa dan Bhalluka adalah dua pedagang yang pertama kali bertemu dengan Sang Buddha pada minggu ke  tujuh  setelah  Sang Buddha mencapai pencerahan . Mereka mendapatkan relik rambut dari Sang Buddha. Setelah mereka pulang ke negerinya, mereka membangun stupa untuk menyimpan relik tersebut. Masyarakat Sri Lanka percaya bahwa Tapussa dan Bhalluka berasal dari Sri Lanka. Di kalangan masyarakat luas, juga ada kepercayaan bahwa Sang Buddha pernah mengunjungi Sri Lanka. Dipercaya Sang Buddha mengunjungi Sri Lanka sebanyak 3 kali. Selama dalam kunjungan itu, Sang Buddha sempat mengunjungi 16 tempat yang berbeda. Di antara tempat-tempat yang pernah Beliau kunjungi adalah Kelaniya Rajamaha Vihara, Siripada, Mahiyangana, dan sebagainya.
Tentu cukup sulit untuk membuktikan kebenaran kepercayaan tersebut. Akan tetapi, kita pun patut mempertimbangkannya karena sumber yang ada di Tibet dan China juga mendukung kepercayaan tersebut. Dulva, nama Vinaya dalam  tradisi Tibet , menyebutkan bahwa beberapa pedagang tanpa sengaja berlabuh di Sri Lanka karena dihempaskan oleh badai. Di Sri Lanka mereka bertemu dengan Putri Ratnavali. Dari para pedagang tersebut, sang putri mendapatkan banyak cerita tentang kehidupan spiritual Sang Buddha. Akhirnya ia mengirim utusan kepada Sang Buddha untuk meminta obat kekekalan. Sang Buddha minta utusan tersebut mengambil sebuah kain dan membentangkannya di antara Sang Buddha dan lampu. Utusan tersebut mewarnai bayangan Sang Buddha dengan berbagai warna. Cerita dari China mengatakan bahwa ketika Sang Buddha mengunjungi Sri Lanka, masyarakat    Sri Lanka, khususnya Ratnapura, sangat miskin dan pada umumnya menjadi pencuri. Karena kasih sayang dan untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar, Sang Buddha memercikkan embun manis  (sweet dew). Embun tersebut mengkristal menjadi batubaru permata. Karenanya, Ratnapura menjadi tambang batu permata yang cukup terkenal di dunia. Batu-batu permata seperti merah delima (ruby), ratna cempaka (topaz), batu akik (garnet), mata kucing (cat eye), batu nilam (sapphire) dan lainya dapat ditemukan di daerah ini.
Secara historis dan bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa agama Buddha berkembang di Sri Lanka sejak abad ketiga Sebelum Masehi. Hal ini ditandai dengan pengiriman misionaris ke Sri Lanka yang dipimpin oleh Y.M. Mahinda dan belakangan oleh adiknya Y.M. Sanghamittā Theri. Sejak saat itu hingga sekarang, boleh dikatakan bahwa agama Buddha tidak pernah putus di        Sri Lanka. Namun karena berbagai alasan, pasang surut dan ketidakstabilan dalam agama Buddha tetap tidak dapat dihindari. Karena agama Buddha telah mengakar kuat di Sri Lanka, hampir semua aspek-aspek kehidupan masyarakat Sri Lanka dihubungkan dengan a gama Buddha. Sejauh manakah pengaruh  a gama Buddha  terhadap
kehidupan masyarakat Sri Lanka dan agama Buddha .  

masyarakat Sri Lanka dan agama Buddha   


Kedermawanan
Kedermawanan adalah salah satu ajaran yang paling mendasar dalama gama Buddha. Sebagai buktinya,  setiap  ajaran-ajaran  yang penting diawali dengan kedermawanan. Jiwa kedermawanan ini telah mengakar kuat dalam berbagai lini kehidupan masyarakat. Banyak fakta yang dapat kita gunakan untuk membuktikan hal ini. Pada setiap perayaan Waisak, masyarakat membuat torana atau lampion untuk dijadikan objek pertunjukan selama masa Waisak. Pada malam hari, masyarakat berduyun-duyun untuk menyaksikan torana dan lampion ini. Untuk mengantisipasi umat yang lapar dan haus, banyak umat-umat yang dermawan menyediakan makanan dan minuman secara gratis bagi para pengunjung. Kemudian kalau kita mendaki Sripada, di kaki gunung kita  akan menemukan orang-orang yang dermawan memberikan obat-obatan dan minuman serta makanan secara gratis. Tidak hanya materi yang kita dapatkan yang bisa kita danakan untuk kesejahteraan orang lain. Badan jasmani yang kita miliki juga bisa didanakan. Dilandasi oleh semangat upaparamita, umat-umat Sri Lanka mendanakan bagian-bagian fisik yang masih dapat dimanfaatkan seperti ginjal, jantung, mata atau bahkan seluruh tubuhnya ketika mereka  meninggal agar dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Oleh karena perbuatan luhur tersebut, Sri Lanka menjadi bank mata terbesar di dunia.

Kesederhanaan
Sang Buddha mengajarkan umatnya untuk hidup sederhana—namun tidak berarti tidak harus bekerja keras atau bermalas-malasan. Ajaran ini telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan masyarakat Sri Lanka. Mereka tetap hidup dalam kesederhanaan meskipun mereka memiliki materi yang boleh dibilang lebih dari cukup.  Kesederhanaan juga dimanifestasikan dalam makanan. Dalam makanan Sri Lanka, menunya tidak terlalu banyak karena mereka menyadari  fungsi makanan yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Banyak pula makanan yang tidak lagi kita makan, masih tetap dimakan oleh orang Sri Lanka. Ambil contohnya singkong rebus. Justru, singkong rebus biasanya dipersembahkan oleh keluarga mapan. Banyak sayuran dan umbi-umbian yang telah kita lupakan masih tetap dikonsumsi oleh masyarakat Sri Lanka.  pakaian tradisional, obat-obatan tradisional dan sebagainya. Wanita tetap menggunakan pakaian tradisional dipandu dengan sari. Mereka masih senang memelihara rambut mereka tumbuh panjang dan mengepang rambut adalah hal yang biasa. Di Indonesia, pemandangan seperti itu sudah sangat sulit ditemukan karena pada umumnya wanita merasa malu melakukan hal itu. Alasannya kuatir rambutnya dianggap seperti buntut kuda.      

Semangat Belajar
Karena pengaruh agama Buddha, Sri Lanka telah memulai kegiatan literaturnya sejak abad kesatu Sebelum Masehi. Hal ini ditandai dengan ditulisnya Tipitaka ke dalam daun lontar. Semenjak saat itu, kegiatan akademik seperti belajar dan menulis terus mewarnai kehidupan masyarakat Sri Lanka. Sebagai imbasnya, kita pun bisa menemukan karya-karya sastra hasil kreasi masyarakat Sri Lanka seperti Dipavasa, Mahāvasa, Rasavahini, Balavatara dan masih banyak yang lainya. Di abad modern ini, Sri Lanka dikenal sebagai negara yang paling produktif di Asia dalam memproduksi buku. Mulai dari anak-anak hingga kakek kakek pada umumnya pandai menulis.
Masyarakat Sri Lanka mempunyai minat belajar yang cukup tinggi. Mereka tidak pernah merasa bahwa umur menjadi halangan dalam belajar. Bhante Belangoda  Ānanda Maitreya mengenal komputer pada usia 94 tahun. Tanpa menyia-nyiakan waktu atau merasa terlalu tua, beliau pun mempelajari komputer Secara global, masyarakat Sri Lanka memiliki semangat belajar yang tinggi karena dipicu oleh ide bahwa mereka merasa mempunyai tanggung jawab untuk tetap mempertahankan ajaran Sang Buddha.

Toleransi Beragama
Ada empat agama yang diakui secara resmi di Sri Lanka yaitu Buddha, Kristen, Hindu dan Islam. Agama Buddha dianut 69% penduduk Sri Lanka, Hindu 15%, Kristen 8% dan Islam 7%. Semua agama hidup dengan rukun dan saling bahu membahu.Walaupun agama Buddha menjadi agama mayoritas di  Sri Lanka semanjak awal hingga sekarang, tidak ada larangan bagi agama lain untuk berkembang di negara ini. Semuanya diberi kebebasan untuk menganut suatu agama berdasarkan kepercayaan mereka masing-masing.
Semua agama yang ada di Sri Lanka percaya bahwa Siripada adalah tempat yang bersejarah bagi agama mereka. Agama Buddha percaya bahwa Siripada adalah replica telapak kaki Sang Buddha. Umat Hindu percaya bahwa itu adalah replica telapak kaki Vishnu. Sementara agama Islam dan Kristen meyakini bahwa itu adalah telapak kaki nabi Adam. Sebagai akibatnya penganut agama agama dari berbagai negara di seluruh penjuru dunia berduyun-duyun mengunjungi Siripada untuk memberikan penghormatan.  (untuk lebih lengkapnya silakah baca artikel berjudul Sripada: Buddhism’s Most Sacret Mountain di  www.buddhanet.net/e-learning/buddhistworld/sripada.htm)
Dalam sejarah memang agama Kristen pernah menghancurkan agama Buddha. Mereka memaksa orang-orang Sri Lanka untuk menganut agama Kristen dan bahkan membunuh anak-anak mereka dengan cara yang tragis bila mereka tidak mau pindah agama. Juga ada isu bahwa kelompok sparatis Macan Tamil Elam  (LTTE) disponsori oleh orang Kristen. Namun demikian, umat Buddha tetap tenang dan tampak tidak ada dendam atas apa yang telah dilakukan oleh orang-orang Kristen. Justru sebaliknya, banyak umat Kristen yang menaruh simpati kepada agama Buddha. Banyak juga yang karena tidak puas beragama Kristen, kemudian pindah ke agama Buddha.

Penghargaan Terhadap Kehidupan
Sri Lanka is the paradise of animals  (Sri Lanka adalah surganya para binatang) adalah salah satu komentar yang dilontarkan menanggapi kondisi kehidupan binatang di Sri Lanka. Mengapa julukan semacam itu diberikan? Jawabannya ternyata sangat gampang yaitu karena semua binatang bisa hidup dengan bebas tanpa merasa terganggu. Sri Lanka berbeda dari Indonesia. Di Indonesia, kita tidak bisa membiarkan begitu saja binatang peliharaan kita. Kita harus menjaga dan merawatnya dengan baik. Kalau tidak, mungkin dalam hitungan jam habis dijarah pencuri atau mati kelaparan karna tidak diberi makan. Di Sri Lanka binatang peliharaan dibiarkan begitu saja.
Umat Buddha Sri Lanka sangat jarang makan daging. Kalau pun  mereka makan paling banter hanya daging ayam. Oleh karena itu, ayam adalah binatang yang paling sial di Sri Lanka. Daging ini pada umumnya disediakan oleh umat agama lain yaitu Islam, Kristen atau Hindu. Umat Islam adalah yang mendominasi daging ayam sementara umat Kristen dan Hindu yang mendominasi untuk menyediakan daging babi atau sapi. Karena umat Buddha Sri Lanka sangat jarang atau boleh dikatakan menghindari makan daging, harga daging relatif murah. Daging ayam, sebagai contohnya, di super market seperti Food City hanya sekitar Rs 15,00 hingga 30,00 atau setara dengan Rp. 1.500.00 hingga 3.000,00 di Indonesia. Harga daging relatif murah karena pengkonsumsinya hanyalah 31% dari penduduk Sri Lanka.
Masyarakat Sri Lanka lebih senang makan ikan. Ikan disediakan oleh penduduk lokal dan juga hasil impor. Ikan asin, misalnya, lebih banyak diimpor dari Indonesia. Sementara masyarakat lokal yang menjadi nelayan adalah penganut agama lain. Karena dikonsumsi secara luas, harga ikan cukup tinggi setara dengan harga sayur.  Selain mempraktikkan sisi pasif sila pertama, masyarakat Sri Lanka juga aktif menjalankan sisi aktik sila tersebut. Sebagai buktinya, mereka menyediakan makanan kepada burung burung, tupai dan binatangbinatang lainnya. Juga telah menjadi budaya di Sri Lanka untuk menyelamatkan binatang dari pembunuhan. Biasanya kalau ada sapi atau kambing yang akan disembelih, umat-umat langsung akan membeli binatang itu dan menyerahkannya ke vihara. Vihara kemudian akan menyerahkan binatang itu kepada umat yang kurang mampu.  
Penghargaan terhadap alam, perlindungan terhadap binatang telah menempatkan Sri Lanka untuk mendapatkan pengakuan internasional. Baru-baru ini, Sri Lanka menduduki posisi kedua dari top-20 best nature in the world. Secara pribadi, saya memang memang layak mendapatkan penghargaan tersebut, mengingat proteksi yang begitu kuat terhadap alam.

Pelaksanaan Nilai-Nilai Moral
Agama Buddha yang telah berakar kuat dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Sri Lanka, membuat masyarakat bangsa ini mengamalkan nilai-nilai moral dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan kata lain, mereka mempraktikkan nilai-nilai moral dengan baik.
Perhatian Pemerintah terhadap kesejahteraan rakyatnya Banyak orang menganggap bahwa Sri Lanka adalah Negara miskin, Negara yang masih belum maju. Akan tetapi, negeri ini adalah negeri yang berorienta si  pada kesejahteraan  rakyatnya .  Ini  merupakan implementasi ajaran Sang Buddha,           di mana pemerintah harus memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Rakyat yang tidak mampu perlu dibantu; rakyat yang hidup dalam kekurangan perlu disuplai. Di Sri Lanka, rakyat tidak dipungut biaya perawatan kalau mereka berobat ke rumah sakit umum. Ambil saja contohnya, di Colombo National Hospital, setiap harinya ada 800 pasien baru. Padahal, rumah sakit pun tersebar di berbagai tempat.

Kesimpulan
Demikianlah agama Buddha yang berdasarkan tradisi telah ada sejak abad keenam Sebelum Masehi namun secara resmi sejak abad ketiga Sebelum Masehi telah memberikan kontrubusi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat Sri Lanka. Dari apa yang telah kita saksikan bersama, kita pun bisa menyimpulkan bahwa agama tidak hanya menjadi simbol kehidupan tetapi juga mewarnai setiap lini kehidupan masyarakat Sri Lanka
SUMBER


Nama  : Tuti Liawati
Kelas : 5 KA26
NPM   :17110405

Tidak ada komentar:

Posting Komentar