TUGAS ILMU SOSIAL DASAR
AGAMA DAN MASYARAKAT
AGAMA DAN MASYARAKAT
PENGARUH AGAMA
BUDDHA TERHADAP SENDI-SENDI KEHIDUPAN MASYARAKAT SRI LANKA
Tentu Sri
Lanka adalah negara yang tidak asing di telinga kita, orang Indonesia. Nama Sri
Lanka sendiri digunakan sejak tahun 1972. Sebelumnya negara ini lebih terkenal
dengan sebutan Ceylon. Di dalam
buku-buku kuno, negara ini dikenal sebagai Tambapani, Sīhaḷadīpa, Svarnadīpa yang hingga saat ini masih menjadi
kontroversi di antara para sarjana Buddhist, juga dianggap sebagai sebutan
untuk Sri Lanka. Secara official, negara ini disebut Sri Lankā Prajathanthrika
Samajavadi Janarajaya. Sri Lanka terletak di sebuah pulau kecil yang luasnya
65,610 km2 atau kurang lebih dua kali Provinsi Jawa Tengah. Sensus tahun 1999
menunjukkan bahwa negeri ini dihuni oleh 18.552.000 jiwa.
Program
keluarga berencana yang telah dilaksanakan secara traditional sejak ribuan tahun yang lalu membuat Sri Lanka memiliki rata-rata pertumbuhan penduduk
cukup rendah—1.3% per tahun. Di mata
dunia, Sri Lanka terkenal sebagai negara yang paling ortodoks dalam mempertahankan tradisi agama Buddha.
Oleh karenanya, sejak awal hingga
sekarang , agama Buddha mazhab Thera vada
tetap mendominasi negara ini dan tetap mempertahankan Bahasa Pāli
sebagai bahasa agama Buddha.
Sejarah Singkat Agama Buddha
Secara
tradisi, masyarakat Sri Lanka percaya bahwa agama Buddha telah ada di Sri Lanka
sejak zaman Sang Buddha bahkan seawal 2 bulan sejak Sang Buddha mencapai
pencerahan. Tapussa dan Bhalluka adalah dua pedagang yang pertama kali bertemu
dengan Sang Buddha pada minggu ke
tujuh setelah Sang Buddha mencapai pencerahan . Mereka
mendapatkan relik rambut dari Sang Buddha. Setelah mereka pulang ke negerinya,
mereka membangun stupa untuk menyimpan relik tersebut. Masyarakat Sri Lanka
percaya bahwa Tapussa dan Bhalluka berasal dari Sri Lanka. Di kalangan
masyarakat luas, juga ada kepercayaan bahwa Sang Buddha pernah mengunjungi Sri
Lanka. Dipercaya Sang Buddha mengunjungi Sri Lanka sebanyak 3 kali. Selama
dalam kunjungan itu, Sang Buddha sempat mengunjungi 16 tempat yang berbeda. Di
antara tempat-tempat yang pernah Beliau kunjungi adalah Kelaniya Rajamaha
Vihara, Siripada, Mahiyangana, dan sebagainya.
Tentu cukup
sulit untuk membuktikan kebenaran kepercayaan tersebut. Akan tetapi, kita pun
patut mempertimbangkannya karena sumber yang ada di Tibet dan China juga
mendukung kepercayaan tersebut. Dulva, nama Vinaya dalam tradisi Tibet , menyebutkan bahwa beberapa
pedagang tanpa sengaja berlabuh di Sri Lanka karena dihempaskan oleh badai. Di
Sri Lanka mereka bertemu dengan Putri Ratnavali. Dari para pedagang tersebut,
sang putri mendapatkan banyak cerita tentang kehidupan spiritual Sang Buddha.
Akhirnya ia mengirim utusan kepada Sang Buddha untuk meminta obat kekekalan.
Sang Buddha minta utusan tersebut mengambil sebuah kain dan membentangkannya di
antara Sang Buddha dan lampu. Utusan tersebut mewarnai bayangan Sang Buddha
dengan berbagai warna. Cerita dari China mengatakan bahwa ketika Sang Buddha
mengunjungi Sri Lanka, masyarakat Sri
Lanka, khususnya Ratnapura, sangat miskin dan pada umumnya menjadi pencuri.
Karena kasih sayang dan untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar, Sang
Buddha memercikkan embun manis (sweet
dew). Embun tersebut mengkristal menjadi batubaru permata. Karenanya, Ratnapura
menjadi tambang batu permata yang cukup terkenal di dunia. Batu-batu permata
seperti merah delima (ruby), ratna cempaka (topaz), batu akik (garnet), mata
kucing (cat eye), batu nilam (sapphire) dan lainya dapat ditemukan di daerah
ini.
Secara
historis dan bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa agama Buddha berkembang
di Sri Lanka sejak abad ketiga Sebelum Masehi. Hal ini ditandai dengan
pengiriman misionaris ke Sri Lanka yang dipimpin oleh Y.M. Mahinda dan
belakangan oleh adiknya Y.M. Sanghamittā Theri. Sejak saat itu hingga sekarang,
boleh dikatakan bahwa agama Buddha tidak pernah putus di Sri Lanka. Namun karena berbagai alasan,
pasang surut dan ketidakstabilan dalam agama Buddha tetap tidak dapat
dihindari. Karena agama Buddha telah mengakar kuat di Sri Lanka, hampir semua
aspek-aspek kehidupan masyarakat Sri Lanka dihubungkan dengan a gama Buddha.
Sejauh manakah pengaruh a gama
Buddha terhadap
kehidupan masyarakat Sri Lanka dan agama Buddha .
masyarakat Sri Lanka dan agama Buddha
Kedermawanan
Kedermawanan
adalah salah satu ajaran yang paling mendasar dalama gama Buddha. Sebagai
buktinya, setiap ajaran-ajaran
yang penting diawali dengan kedermawanan. Jiwa kedermawanan ini telah
mengakar kuat dalam berbagai lini kehidupan masyarakat. Banyak fakta yang dapat
kita gunakan untuk membuktikan hal ini. Pada setiap perayaan Waisak, masyarakat
membuat torana atau lampion untuk dijadikan objek pertunjukan selama masa
Waisak. Pada malam hari, masyarakat berduyun-duyun untuk menyaksikan torana dan
lampion ini. Untuk mengantisipasi umat yang lapar dan haus, banyak umat-umat
yang dermawan menyediakan makanan dan minuman secara gratis bagi para
pengunjung. Kemudian kalau kita mendaki Sripada, di kaki gunung kita akan menemukan orang-orang yang dermawan
memberikan obat-obatan dan minuman serta makanan secara gratis. Tidak hanya
materi yang kita dapatkan yang bisa kita danakan untuk kesejahteraan orang
lain. Badan jasmani yang kita miliki juga bisa didanakan. Dilandasi oleh
semangat upaparamita, umat-umat Sri Lanka mendanakan bagian-bagian fisik yang
masih dapat dimanfaatkan seperti ginjal, jantung, mata atau bahkan seluruh
tubuhnya ketika mereka meninggal agar
dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Oleh karena perbuatan luhur tersebut, Sri
Lanka menjadi bank mata terbesar di dunia.
Kesederhanaan
Sang Buddha
mengajarkan umatnya untuk hidup sederhana—namun tidak berarti tidak harus
bekerja keras atau bermalas-malasan. Ajaran ini telah memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap kehidupan masyarakat Sri Lanka. Mereka tetap hidup dalam
kesederhanaan meskipun mereka memiliki materi yang boleh dibilang lebih dari
cukup. Kesederhanaan juga
dimanifestasikan dalam makanan. Dalam makanan Sri Lanka, menunya tidak terlalu
banyak karena mereka menyadari fungsi
makanan yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Banyak pula
makanan yang tidak lagi kita makan, masih tetap dimakan oleh orang Sri Lanka.
Ambil contohnya singkong rebus. Justru, singkong rebus biasanya dipersembahkan
oleh keluarga mapan. Banyak sayuran dan umbi-umbian yang telah kita lupakan
masih tetap dikonsumsi oleh masyarakat Sri Lanka. pakaian tradisional, obat-obatan tradisional
dan sebagainya. Wanita tetap menggunakan pakaian tradisional dipandu dengan
sari. Mereka masih senang memelihara rambut mereka tumbuh panjang dan mengepang
rambut adalah hal yang biasa. Di Indonesia, pemandangan seperti itu sudah
sangat sulit ditemukan karena pada umumnya wanita merasa malu melakukan hal
itu. Alasannya kuatir rambutnya dianggap seperti buntut kuda.
Semangat
Belajar
Karena
pengaruh agama Buddha, Sri Lanka telah memulai kegiatan literaturnya sejak abad
kesatu Sebelum Masehi. Hal ini ditandai dengan ditulisnya Tipitaka ke dalam
daun lontar. Semenjak saat itu, kegiatan akademik seperti belajar dan menulis
terus mewarnai kehidupan masyarakat Sri Lanka. Sebagai imbasnya, kita pun bisa
menemukan karya-karya sastra hasil kreasi masyarakat Sri Lanka seperti Dipavaṁsa, Mahāvaṁsa, Rasavahini, Balavatara dan
masih banyak yang lainya. Di abad modern ini, Sri Lanka dikenal sebagai negara
yang paling produktif di Asia dalam memproduksi buku. Mulai dari anak-anak
hingga kakek kakek pada umumnya pandai menulis.
Masyarakat
Sri Lanka mempunyai minat belajar yang cukup tinggi. Mereka tidak pernah merasa
bahwa umur menjadi halangan dalam belajar. Bhante Belangoda Ānanda Maitreya mengenal komputer pada usia
94 tahun. Tanpa menyia-nyiakan waktu atau merasa terlalu tua, beliau pun
mempelajari komputer Secara global, masyarakat Sri Lanka memiliki semangat
belajar yang tinggi karena dipicu oleh ide bahwa mereka merasa mempunyai tanggung
jawab untuk tetap mempertahankan ajaran Sang Buddha.
Toleransi
Beragama
Ada empat
agama yang diakui secara resmi di Sri Lanka yaitu Buddha, Kristen, Hindu dan
Islam. Agama Buddha dianut 69% penduduk Sri Lanka, Hindu 15%, Kristen 8% dan
Islam 7%. Semua agama hidup dengan rukun dan saling bahu membahu.Walaupun agama
Buddha menjadi agama mayoritas di Sri
Lanka semanjak awal hingga sekarang, tidak ada larangan bagi agama lain untuk
berkembang di negara ini. Semuanya diberi kebebasan untuk menganut suatu agama
berdasarkan kepercayaan mereka masing-masing.
Semua agama
yang ada di Sri Lanka percaya bahwa Siripada adalah tempat yang bersejarah bagi
agama mereka. Agama Buddha percaya bahwa Siripada adalah replica telapak kaki
Sang Buddha. Umat Hindu percaya bahwa itu adalah replica telapak kaki Vishnu.
Sementara agama Islam dan Kristen meyakini bahwa itu adalah telapak kaki nabi
Adam. Sebagai akibatnya penganut agama agama dari berbagai negara di seluruh
penjuru dunia berduyun-duyun mengunjungi Siripada untuk memberikan
penghormatan. (untuk lebih lengkapnya
silakah baca artikel berjudul Sripada:
Buddhism’s Most Sacret Mountain di www.buddhanet.net/e-learning/buddhistworld/sripada.htm)
Dalam
sejarah memang agama Kristen pernah menghancurkan agama Buddha. Mereka memaksa
orang-orang Sri Lanka untuk menganut agama Kristen dan bahkan membunuh
anak-anak mereka dengan cara yang tragis bila mereka tidak mau pindah agama.
Juga ada isu bahwa kelompok sparatis Macan Tamil Elam (LTTE) disponsori oleh orang Kristen. Namun
demikian, umat Buddha tetap tenang dan tampak tidak ada dendam atas apa yang
telah dilakukan oleh orang-orang Kristen. Justru sebaliknya, banyak umat
Kristen yang menaruh simpati kepada agama Buddha. Banyak juga yang karena tidak
puas beragama Kristen, kemudian pindah ke agama Buddha.
Penghargaan
Terhadap Kehidupan
Sri Lanka is
the paradise of animals (Sri Lanka
adalah surganya para binatang) adalah salah satu komentar yang dilontarkan
menanggapi kondisi kehidupan binatang di Sri Lanka. Mengapa julukan semacam itu
diberikan? Jawabannya ternyata sangat gampang yaitu karena semua binatang bisa
hidup dengan bebas tanpa merasa terganggu. Sri Lanka berbeda dari Indonesia. Di
Indonesia, kita tidak bisa membiarkan begitu saja binatang peliharaan kita.
Kita harus menjaga dan merawatnya dengan baik. Kalau tidak, mungkin dalam
hitungan jam habis dijarah pencuri atau mati kelaparan karna tidak diberi makan.
Di Sri Lanka binatang peliharaan dibiarkan begitu saja.
Umat Buddha
Sri Lanka sangat jarang makan daging. Kalau pun mereka makan paling banter hanya daging ayam.
Oleh karena itu, ayam adalah binatang yang paling sial di Sri Lanka. Daging ini
pada umumnya disediakan oleh umat agama lain yaitu Islam, Kristen atau Hindu.
Umat Islam adalah yang mendominasi daging ayam sementara umat Kristen dan Hindu
yang mendominasi untuk menyediakan daging babi atau sapi. Karena umat Buddha
Sri Lanka sangat jarang atau boleh dikatakan menghindari makan daging, harga
daging relatif murah. Daging ayam, sebagai contohnya, di super market seperti
Food City hanya sekitar Rs 15,00 hingga 30,00 atau setara dengan Rp. 1.500.00
hingga 3.000,00 di Indonesia. Harga daging relatif murah karena pengkonsumsinya
hanyalah 31% dari penduduk Sri Lanka.
Masyarakat
Sri Lanka lebih senang makan ikan. Ikan disediakan oleh penduduk lokal dan juga
hasil impor. Ikan asin, misalnya, lebih banyak diimpor dari Indonesia.
Sementara masyarakat lokal yang menjadi nelayan adalah penganut agama lain.
Karena dikonsumsi secara luas, harga ikan cukup tinggi setara dengan harga
sayur. Selain mempraktikkan sisi pasif
sila pertama, masyarakat Sri Lanka juga aktif menjalankan sisi aktik sila
tersebut. Sebagai buktinya, mereka menyediakan makanan kepada burung burung,
tupai dan binatangbinatang lainnya. Juga telah menjadi budaya di Sri Lanka
untuk menyelamatkan binatang dari pembunuhan. Biasanya kalau ada sapi atau
kambing yang akan disembelih, umat-umat langsung akan membeli binatang itu dan
menyerahkannya ke vihara. Vihara kemudian akan menyerahkan binatang itu kepada
umat yang kurang mampu.
Penghargaan
terhadap alam, perlindungan terhadap binatang telah menempatkan Sri Lanka untuk
mendapatkan pengakuan internasional. Baru-baru ini, Sri Lanka menduduki posisi
kedua dari top-20 best nature in the world. Secara pribadi, saya memang memang
layak mendapatkan penghargaan tersebut, mengingat proteksi yang begitu kuat
terhadap alam.
Pelaksanaan
Nilai-Nilai Moral
Agama Buddha
yang telah berakar kuat dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Sri Lanka,
membuat masyarakat bangsa ini mengamalkan nilai-nilai moral dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Dengan kata lain, mereka mempraktikkan nilai-nilai moral
dengan baik.
Perhatian
Pemerintah terhadap kesejahteraan rakyatnya Banyak orang menganggap bahwa Sri
Lanka adalah Negara miskin, Negara yang masih belum maju. Akan tetapi, negeri
ini adalah negeri yang berorienta si
pada kesejahteraan rakyatnya . Ini
merupakan implementasi ajaran Sang Buddha, di mana pemerintah harus
memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Rakyat yang tidak mampu perlu dibantu;
rakyat yang hidup dalam kekurangan perlu disuplai. Di Sri Lanka, rakyat tidak
dipungut biaya perawatan kalau mereka berobat ke rumah sakit umum. Ambil saja
contohnya, di Colombo National Hospital, setiap harinya ada 800 pasien baru.
Padahal, rumah sakit pun tersebar di berbagai tempat.
Kesimpulan
Demikianlah
agama Buddha yang berdasarkan tradisi telah ada sejak abad keenam Sebelum
Masehi namun secara resmi sejak abad ketiga Sebelum Masehi telah memberikan
kontrubusi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat Sri Lanka. Dari apa yang
telah kita saksikan bersama, kita pun bisa menyimpulkan bahwa agama tidak hanya
menjadi simbol kehidupan tetapi juga mewarnai setiap lini kehidupan masyarakat
Sri Lanka
SUMBER
Nama : Tuti Liawati
Kelas : 5 KA26
NPM :17110405
Tidak ada komentar:
Posting Komentar