TUGAS ILMU SOSIAL DASAR
ILMU PENGETAHUAN,TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
ILMU PENGETAHUAN,TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN NASIONAL MASYARAKAT PEDESAAN (PERTANIAN)
Agenda
kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perekonomian nasinonal sebenarnya
sudah dilakukan, hanya masih terkesan tempelan dan setengah hati. Karena prosesnya banyak terfokus di tingkat
mikro (desa dan sekitarnya), namun ketika berhadapan dalam tataran makro
menjadi mentah dan sulit untuk mengakses kebijakan yang ada.
Pertama,
aspek sumberdaya manusia. Keterbatasan
sarana komunikasi dan informasi, menimbulkan terjadinya jebakan bagi masyarakat desa karena pemahaman mereka
hanya di lingkungan sekitar. Pola pikir
seperti itu sulit sekali menerima perubahan dan apabila perubahan dipaksakan
akan menimbulkan kontra produktif. Lebih-lebih pada program yang sangat
sensitif dengan budaya lokal setempat, inovasi baru yang tidak sesuai
menimbulkan daya tolak, contoh pada program yang "sensitive
gender".
Pelatihan di tingkat masyarakat ditekankan
pada aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang merupakan proses yang
aksi refleksi untuk pembelajaran
bersama. Sumberdaya manusia kreatif dan terampil akan lebih mandiri untuk
membuka peluang usaha serta tidak tergantung pada pihak lain. Bagi masyarakat
pedesaan yang mayoritas petani dan buruh tani, usaha pertanian tidak terlalu
menjanjikan karena ketidakseimbangan antara ratio output dan input produksi.
Akhirnya kegiatan "off farm" lebih banyak dilakukan. Kadangkala
masyarakat desa tidak siap dengan pilihan ini karena implikasinya sangat
tergantung dengan input dan kualitas
produksi serta pemasaran. Akhirnya
banyak pihak yang harus mengambil peran
baik masyarakat, pemerintah, swasta maupun LSM. Kedua, aspek kelembagaan
masyarakat. Kelembagaan masyarakat berkaitan dengan wadah yang digunakan untuk
proses pemberdayaan masyarakat.
Mengenai pendekatan pemberdayaan masyarakat sebenarnya sudah lama didengungkan
sejak dikenalnya perencanaan bottom up
yang menekankan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya. Hanya konsepsi ini
masih berbeda-beda sesuai dengan kepentingan para pelaku pembangunan. Prinsip
pemberdayaan masyarakat adalah menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam
seluruh rangkaian pembangunan.
Pemberdayaan adalah sebagai proses. Keberhasilan proses ini bukan hanya
karena faham terhadap pengetahuan dan
ketrampilan menyangkut pemberdayaan dan pembangunan, akan tetapi
seluruh stakeholders (seluruh unsur
terkait dalam program)
Ketiga,
aspek teknologi dan modal. Kebutuhan masyarakat desa akan teknologi yang sesuai
dan modal untuk melakukan usaha sudah disampaikan pada berbagai pihak. Respon
positif sudah ada baik dari pemerintah, lembaga keuangan, lembaga donor,
swasta, maupun LSM. Kondisi kritisnya adalah bagaimana fasilitas tersebut dapat
berkelanjutan di tingkat kelompok sasaran.
Akhirnya pemberian fasilitas tersebut outputnya tidak hanya telah tersalurkannya bantuan di tingkat kelompok
sasaran, melainkan sampai pada tingkat manfaatnya bagi kelompok sasaran. Sekali
lagi, membutuhkan sentuhan pemberdayaan masyarakat yaitu berkaitan dengan siapa
yang mengelola, bagaimana proses pengelolaannya, mekanisme, sampai pada
perhitungan tingkat pengembalian investasi.
Teknologi
tepat guna yang diberikan kepada masyarakat desa dilengkapi dengan proses
sosialisasi, penggunaan yang tepat,
perawatan apabila rusak agar tidak hilang begitu saja ketika proyek
berakhir. Monitoring dan evaluasi juga tetap dilakukan untuk melihat
perkembangan baik dari sisi output, manfaat dan dampaknya. Trade off dengan
masuknya teknologi baru adalah munculnya pengangguran di pihak lain karena
pengalihan proses dari orang ke mekanis.
Penyiapan lapangan pekerjaan baru akhirnya ikut menjadi paket mengatasi
pengangguran yang muncul. Salah satu
kesulitan pelaku usaha di pedesaan adalah keterbatasan modal usaha.
Beberapa
penyebab masyarakat pedesaan (petani)
tidak memiliki ilmu pengetahuan lebih dan teknologi yang menyebabkan
masyarakat tetap dibawah garis kemiskinan adalah :
(1)
ketidaktepatan bantuan pemerintah antara kebutuhan masyarakat dan bantuan yang
diberikan
(2) tidak adanya
ketrampilan yang mendukung yang dimiliki masyarakat desa(petani)
(3) tidak
ada kegiatan monitoring yang terencana dari pemerintah
(4) tidak ada kelembagaan di tingkat
masyarakat
Belajar dari
berbagai kegagalan tersebut, generasi selanjutnya proyek-proyek mulai dilengkapi dengan aspek
lain seperti pelatihan untuk ketrampilan, pembentukan kelembagaan di tingkat
masyarakat, keberadaan petugas lapang,
melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
SUMBER
Nama : Tuti Liawati
Kelas : 5 KA26
NPM :17110405
Tidak ada komentar:
Posting Komentar